• Integer vitae nulla!

    Integer vitae nulla!

    Suspendisse neque tellus, malesuada in, facilisis et, adipiscing sit amet, risus. Sed egestas. Quisque mauris. Duis id ligula. Nunc quis tortor. In hendrerit, quam vitae mattis interdum, turpis augue viverra justo, sed semper sem lorem sed ligula. Curabitur id urna nec risus volutpat ultrices....

  • Suspendisse neque tellus

    Suspendisse neque tellus

    Suspendisse neque tellus, malesuada in, facilisis et, adipiscing sit amet, risus. Sed egestas. Quisque mauris. Duis id ligula. Nunc quis tortor. In hendrerit, quam vitae mattis interdum, turpis augue viverra justo, sed semper sem lorem sed ligula. Curabitur id urna nec risus volutpat ultrices....

  • Curabitur faucibus

    Curabitur faucibus

    Suspendisse neque tellus, malesuada in, facilisis et, adipiscing sit amet, risus. Sed egestas. Quisque mauris. Duis id ligula. Nunc quis tortor. In hendrerit, quam vitae mattis interdum, turpis augue viverra justo, sed semper sem lorem sed ligula. Curabitur id urna nec risus volutpat ultrices....

Jihad Muslimah Masa Kini


Oleh Hendar

Assalamu'alaikum.....

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang Segala puji kami muarakan kepada Allah Ta’ala, shalawat serta salam kami limpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Salallahu ‘alaihi wa salaam
Saudariku sekalian…
Tidak sedikit dari kaum muslimin yang berpendapat bahwa tugas utama seorang muslimah saat ini adalah belajar tentang makna iman dan tauhid disertai pembenahan hati, iman, keyakinan secara berkesinambungan dengan selalu menambah ilmu dien mereka.

Dan apabila disinggung mengenai apa jihadnya para muslimah, maka banyak di antara mereka akan memberikan jawaban dengan dasar hadits yang memiliki arti sebagai berikut ini.
Dari ‘Aisyah Radliyallaahu ‘anha: Aku berkata: Wahai Rasulullah, apakah perempuan wajib berjihad?. Beliau menjawab: “Ya, jihad tanpa ada peperangan di dalamnya, yaitu haji dan umrah.” [HR. Ibnu Majah dan asalnya dalam kitab Bukhari]

Namun ada baiknya kita ingat, bahwa itu berlaku manakala hukum jihad adalah fardhu kifayah. Sedang apabila hukum jihad telah berubah menjadi fardhu ‘ain, maka gugurlah empat syarat dari tujuh atau sembilan syarat yang disebutkan oleh Ibnu Qadamah Al Hanbali: beliau berkata, “Syarat orang yang terkena kewajiban jihad ada tujuh yaitu Islam, baligh, berakal, merdeka, laki-laki, tidak cacat yang fatal dan adanya biaya. (Al-Mughni 10/366) Kemudian beliau menambahkan syarat; adanya izin orang tua dan izin orang yang berhutang kepada yang menghutangi.” (Al-Mughni 10/381).

Kesembilan syarat tersebut berlaku pada keadaan jihad fardhu kifayah, sedangkan apabila status jihad berubah menjadi fardhu `ain maka gugurlah empat syarat yaitu, merdeka, laki-laki, izin orang tua dan izin orang yang berhutang. Sehingga syarat jihad fardhu `ain hanyalah: Islam, baligh, berakal, selamat dari cacat fatal serta adanya biaya (bila terjadi di luar negeri atau di luar daerah kita). Bahkan pada saat itu seorang muslimah tidaklah perlu izin kepada orang tuanya, ataupun kepada suaminya, atau kepada orang yang menghutanginya, untuk bergabung dengan barisan mujahidah.
Syeikh Yusuf al Uyairi mengatakan bahwa dalam kitab Masyari’ Al Asywaq: 1/102, Ad-Dardiri dan Ibnu Nuhas menyampaikan mengenai wajibnya jihad bagi wanita apabila keadaan jihad itu sendiri fardhu ‘ain dan wanita tersebut berada dalam tiga kondisi. Yakni apabila diserang musuh, bila ditunjuk imam, dan apabila musuh mendatanginya di medan jihad.
Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa Jihad menjadi fardhu ‘ain manakala masih ada saudara kita yang didzalimi, ditumpahkan darahnya oleh kaafirin, murtadin, dan munafiqin. Dan apabila hak kaum muslimin yang paling asasi masih direbut oleh kaafirin.
Apakah itu? Yakni kekhilafahan ‘ala manhaj Nubuwwah. Ya, itulah hak paling asasi kaum Muslimin, yaitu hak menegakkan hukum ALlah di seluruh permukaan bumi ini di bawah satu panji.

Saudariku sekalian…
Lalu bagaimanakah menurut pandangan kalian, wahai saudariku?
Apakah jihad hari ini masih fardhu kifayah ataukah fardhu ‘ain, sementara kekhilafahan Islam belum juga kembali ke pangkuan kaum Muslimin, setelah hak itu direbut dari tangan kita? Dan sementara saudara-saudari kita di Palestina masih dijajah oleh orang-orang Yahudi?
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, artinya: “Barangsiapa yang mati karena membela (mempertahankan) hartanya maka dia syahid. Barangsiapa mati karena membela keluarganya maka dia syahid, barangsiapa mati karena membela agamanya maka dia syahid dan barangsiapa mati karena membela darahnya maka dia syahid.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).
Wahai saudariku sekalian…
Masihkah kita ingat keutamaan jihad fiy sabilillah?
“… Rasulullah bersabda: “Maukah bila aku beritahukan kepadamu pokok amal tiang-tiangnya dan puncak-puncaknya?” Aku menjawab : “Ya, wahai Rasulullah”. Rasulullah bersabda : “Pokok amal adalah Islam, tiang-tiangnya adalah shalat, dan puncaknya adalah jihad”. ” (HR. Tirmidzi, ia berkata : “Hadits ini hasan shahih)
Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, dia berkata: “Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasalaam pernah ditanya: ‘Wahai, Rasulullah! Apakah yang mengimbangi jihad fiy sabilillah?’Beliau menjawab: ‘Kamu tidak akan mampu melakukannya!’ Mereka pun mengulang pertanyaan dua atau tiga kali. Sementara jawaban beliau untuk semua pertanyaan itu sama: ‘Kamu tidak akan mampu melakukannya.’ Setelah itu, beliau bersabda: ‘Perumpamaan mujahid fi sabilillah, seperti orang yang berpuasa, yang rajin beribadah, dan taat menjalankan ayat-ayat; Allah, tidak terputus-putus dari puasanya, dan tidak pula dari shalatnya sampai mujahid fiy sabilillah itu pulang dari medan jihad.” (Mutaffaq ‘alaih, dan ini lafadz Muslim).
Ummu Athiyyah Al-Anshriyyah ra, pernah berkata, “Aku telah ikut berperang bersama Nabi saw dalam tujuh peperangan, aku tertinggal dalam perjalanan bersama mereka. Maka aku buatkan mereka makanan, mengobati yang terluka, dan mengurusi orang sakit.” (HR. Muslim)
Masih ingatkah kita pada sahabiyyah Nusaibah binti Ka’b, yang membela Rasulullah dengan pedangnya pada perang Uhud, Asma bin Yazid yang membunuh 9 tentara Romawi pada perang Yarmuk, lalu Ummu Sulaim yang dengan belatinya merobek perut orang-orang musyrik yang melewatinya?
Dari Anas bahwasanya Ummu Sulaim membawa belati pada perang Hunain. Kebetulan Abu Thalhah (suaminya) melihatnya, maka dia melapor kepada Rasulullah,”wahai Rasulullah, Ummu Sulaim membawa belati.” Maka Rasulullah bertanya,”Untuk apa belati ini?” Ummu Sulaim menjawab,”Jika ada orang musyrik yang mendekat, aku akan membelah perutnya dengan belati ini.” Rasulullah pun tersenyum (HR Muslim)

Saudariku sekalian…
Haruskah kita, para muslimah berbondong-bondong berangkat ke berbagai wilayah konflik jihad di luar negeri?
Punya biaya dan kemampuan di bidang medis nggak, yaa ikhwatiy?
Lalu kalau kita belum punya dana, apakah yang bisa dilakukan oleh muslimah masa kini agar dapat berperan juga dalam jihad fiy sabilillah sebagaimana para sahabiyyah tersebut?
Ada banyak hal yang bisa kita lakukan, yaa ikhwatiy!
Istri Syaikh Aiman Al Zawahiri berpesan kepada seluruh muslimah dalam surat yang diterbitkan oleh AsSahab Media agar tidak pernah tunduk terhadap larangan mengenakan hijab dan meminta para muslimah memberikan dukungan terhadap para mujahidin dalam berjihad fiy sabilillah dan agar tetap konsisten pada komitmennya dalam dinul Islam. Beliau juga berpesan kepada para tawanan muslimah agar tetap tegar menghadapi cobaan tersebut, dan pada seluruh muslimah di seluruh dunia beliau mengingatkan untuk menutup aurat secara sempurna dan mendidik anak-anak mereka untuk ta’at pada Allah, mencintai jihad fiy sabilillah dan memperkuat persaudaraan di antara kaum muslimin.

Mari yaa ikhwati…
Mari kita bersama-sama berupaya sebaik mungkin belajar mengenai makna iman dan tauhid serta fiqh jihad disertai pembenahan hati, iman, keyakinan secara berkesinambungan dengan selalu menambah ilmu dien kita, agar apabila ALlah mengaruniakan bagi kita seorang mujahid fiy Sabilillah sebagai pendamping kemudian setelah itu datang panggilan jihad kepadanya, maka kita bisa mengikhlaskan dan ridho dengan kepergiannya. Kalau perlu kita mendukungnya.

Karena sungguh hal tersebut dalam praktik tidaklah mudah, wahai saudariku. Setidaknya demikianlah nasihat yang dikatakan oleh salah satu istri amir Al Qaida Asia Tenggara -allahu yarham, Ummu Daud, “Sungguh, antara ilmu dan praktik mengikhlaskan suami untuk berangkat berjihad itu bagaikan langit dan bumi. Tidak semudah yang kita bayangkan. Mungkin dulu kita bilang dengan mudah akan mengikhlaskan suami untuk berangkat berjihad, tapi kalau sudah tiba saatnya, itu tidak akan mudah, ukhtiy. Maka dari itu bagi yang belum menikah sebisa mungkin melatih diri dengan ibadah sunnah.”
Demikian juga nasihat dari Ummu Qinda, istri dari dai yang dituduh sebagai amir JI beliau mengatakan perlunya persiapan ilmu juga mental bagi para akhawat yang belum nikah agar menjadi lebih siap mendampingi para mujahid. Agar apabila Allah menjadikan bapak dari anak-anak kita dalam barisan syuhada, kita punya bekal untuk mentransfer ilmu abbinya pada si anak.
Agar anak kita menjadi penerus cita-cita abbinya dalam meraih kemuliaan islam atau mencapai syahid. Dan hal tersebut tidaklah mudah.

Kita juga bisa membantu para ikhwan dalam melakukan perlawanan propaganda kaum kafirin terhadap kaum muslimin di dunia nyata maupun di dunia maya dengan cara banyak menghasilkan karya-karya terjemahan ataupun liputan kabar-kabar dari berbagai pelosok dunia ma’rikah (medan jihad) baik berupa tulisan, video, ceramah audio, membantu mengelola forum-forum jihad ataupun menghasilkan karya tulisan yang apabila kaum Muslimin membacanya, maka seketika itu berkobarlah kembali semangat mereka hingga mereka kembali ingat tugas mereka, tetap waspada dan tetap istiqomah dalam berjihad, baik di dunia nyata maupun dunia maya, agar semuanya (dengan izin-Nya) bisa tetap istiqomah melakukan persiapan yang diserukan ALlah dalam Surat Al Anfal ayat 60 yang artinya:
“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan).” (QS al Anfal:60)

Saudariku sekalian…
Kita juga bisa mulai dari sekarang belajar dan mencari tahu bahan makanan apa sajakah yang bisa kita buat dengan bahan seadanya namun memiliki kalori yang tinggi, dengan alat seadanya untuk membuat api. Agar bila suatu hari kita diberi Allah kesempatan untuk berada di tengah medan jihad, kita bisa membantu membuatkan makanan dengan bahan seadanya bagi para mujahidin. Kita juga perlu belajar P3K, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. Atau segala hal yang berkaitan dengan pengobatan praktis yang mungkin bisa kita manfaatkan apabila suatu hari kita bisa berkesempatan membantu mengobati kaum Muslimin yang terluka di medan jihad.
Kita juga bisa mulai belajar dari saudari kita atlit muslimah mengenai cara menggunakan belati, pistol, panah, pedang dan berbagai alat lain yang bisa membantu kita mempertahankan diri apabila kita terjebak pada suatu situasi yang mengharuskan kita untuk melakukan pembelaan diri terhadap diri kita dari musuh Allah. Minimal kita tahu cara penggunaannya. Tolong jangan disalahartikan bahwa penulis mengajak wanita untuk menyalahi fitrahnya sebagai wanita muslimah.
Sebagaimana kaum sunni di Libanon, para muslimah di sana tahu bagaimana cara mengokang pistol dan menembakkan peluru ataupun cara menggunakan senapan laras panjang. Pada saat tidak sedang pecah perang dengan kaum Syi’ah, tentu saja mereka tidak menggunakan keahlian tersebut untuk saling menyakiti satu sama lain, mereka kembali kepada kodrat kewanitaannya, memasak, mengajar anak-anak kaum muslimin mengenai adab islamiyyah dan lain-lain, juga membantu keluarga mereka dengan segenap kehalusan yang dikaruniakan ALlah kepada mereka. Namun, pada saat syi’ah mulai menyerang mereka dan menculik anak-anak mereka, maka para ummahat dan akhawat ini mampu menggunakan berbagai senjata tersebut guna melindungi anak-anak mereka, saudari-saudari mereka, orang tua mereka. Kalaulah menurut pembaca, belajar menggunakan belati, pistol, panah, pedang terlalu ekstrim dan terlalu macho bagi seorang wanita, paling tidak kita bisa mulai belajar menciptakan jurus-jurus jitu menggunakan panci, wajan, sotil sebagai ganti belati, pistol, panah tersebut. Atau paling tidak kita bisa mulai ikut olahraga bela diri.
Setidaknya sebagai bekal kita apabila kita harus melindungi diri kita pada situasi tertentu di rumah ataupun di perjalanan di luar rumah.
Saudariku sekalian…
Kalau kita diberi kelebihan harta, maka hendaklah kita bantu para janda mujahidin yang telah ditinggal syahid, atau muslimah yang menjadi istri para masjunin (mereka yang ditangkap thaghut karena mereka berjihad fiy sabilillah) dengan apa yang kita mampu dan miliki. Karena Rasulullah salallahu ‘alaihi wa salam bersabda, “dari Zaid bin Khalid Al Juhani bahwa Rasulullah salallahu ‘alaihi wa salam bersabda,’Siapa menyiapkan perbekalan orang yang berjihad berarti telah berjihad dan siapa mengurus harta dan keluarga orang yang berjihad berarti telah ikut berjihad.’” (HR Bukhari Muslim).
Jadi, sungguh! Ada banyak hal yang bisa kita lakukan sekarang ini ikhwatiy fillah.
Maka mulailah kita melakukan apa yang kita mampu. Kalau kita mampu belajar hacking, maka mulailah belajar mengenai hal itu. Untuk membantu menghentikan para cracker kafirin yang menyerang ALlah, Rasulullah dan seluruh ummat Islam dengan makar mereka. Kalau kita mampunya saat ini belajar bahasa, maka belajarlah yang benar dan tetaplah kita memurnikan niat kita agar dengannya kita bisa membantu menerjemahkan kabar-kabar dari medan jihad. Kalau kita belajar di bidang kesehatan, ajarkanlah kepada akhwat-akhwat lainnya mengenai hal-hal praktis yang bisa diterapkan untuk mengobati para muslimin di medan jihad.
Jangan lupa pula, bahwa peranan muslimah amatlah signifikan dalam jihad fiy sabilillah ini!
Namun, janganlah pernah berhenti dari mencari ilmu. Karena amal tanpa ittiba’urRasul (mengikuti sunnah Rasulullah) tidak akan ada artinya. Sedang darimana kita tahu suatu amal itu ittiba’urRasul, kalau bukan dari ilmu yang kita peroleh dari proses thalabul ‘ilm?
Akhirul, alhamdulillah…
Semoga Allah memudahkan kita untuk melaksanakan nasihat Syeikh Yusuf AL Uyairi berikut ini. Aamiin
“Takutlah kamu kepada Allah, janganlah menjadi penghalang jalannya kaum laki-laki yang ingin berjihad. Sedikit saja yang kami minta dari kalian, ketika seorang laki-laki keluar berjihad, hendaklah kalian diam dan ridha dengan apa yang telah menjadi perintah ALlah. Ketahuilah, ketika kalian mengecualikan kaum laki-laki dari berjihad, baik itu putra-putramu, atau suamimu, atau saudaramu atau selain mereka, maka itu adalah tindakan menghalangi dari jalan Allah, dan Allah tidak akan pernah ridha selamanya.”
Referensi:
* Dawr An Nisa, by Syeikh Yusuf Al uyairi, Tibyan publication
* Muslimah Berjihad, Peran Wanita di Medan Jihad oleh Syeikh Yusuf Al Uyairi, penerbit Islamika
* Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 4 Oleh Syaikh Salim


2 komentar:

Unknown mengatakan...
30 Maret 2020 pukul 09.31

artikel yang bagus

Unknown mengatakan...
31 Maret 2020 pukul 08.01

izin menggunakan dengan editan tanpa merubah makna untuk di share di kajian Islam kaffah. syukron

Posting Komentar